Langsung ke konten utama

KHUTBAH IDUL ADHA 2025 M / 1446 H "Ikhlas Berkurban di Zaman Penuh Kepentingan" (Penulis: Ustadz Muhammad Ilham, S.Ud., M.Ag. Penyuluh Agama Islam Kota Jambi)


KHUTBAH PERTAMA

اللهُ أَكْبَرُ (9×). اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي شَرَعَ لِعِبَادِهِ الْحَجَّ وَالْأُضْحِيَةَ، وَجَعَلَهُمَا شَاهِدَيْنِ عَلَى التَّقْوَى وَالْإِخْلَاصِ لِلرَّبِّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَالرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan kepada kita berbagai nikmat, terutama nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat Ihsan serta nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga pada pagi hari yang agung ini kita dapat hadir bersama untuk menunaikan shalat ‘Idul Adha di masjid yang mulia ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad ṢAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semoga pula sampai kepada kita semua sebagai umatnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamin.

Di pagi yang penuh rahmat dan keberkahan ini, marilah kita tingkatkan kualitas Iman dan Takwa kita kepada Allah SWT, dengan terus berusaha mendidik diri kita, membimbing keluarga kita, untuk selalu tunduk kepada perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena hanya dengan ketakwaanlah, kita akan mendapatkan keselamatan sejati dan kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Hari ini kita berada di momen besar yang diberkahi Allah, yaitu Idul Adha. Hari ini adalah syiar Islam yang penuh dengan makna pengorbanan, ketundukan, dan keikhlasan. Hari ketika umat Islam di seluruh dunia menyembelih hewan kurban sebagai simbol cinta dan taat kepada Allah, mengikuti jejak agung Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan putranya Nabi Ismail.

Makna Kurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan. Ibadah kurban adalah wujud nyata dari keikhlasan dan ketundukan seorang hamba. Bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego, cinta dunia, dan nafsu kepentingan. Allah SWT berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ.

Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj: 37)

Sesungguhnya dalam berkurban, bukanlah ukuran besar atau mahalnya hewan yang menjadi ukuran diterima atau tidaknya ibadah kita di sisi Allah SWT. Melainkan yang utama adalah keikhlasan hati, kemurnian niat, dan kesungguhan kita menyerahkan segala sesuatu hanya untuk mendapatkan ridha-Nya. Hewan kurban hanyalah sarana, sedangkan niat yang tulus itulah yang menjadi kunci utama keberkahan dan penerimaan dari Allah. Oleh karena itu, mari kita senantiasa menjaga niat kita agar tetap bersih, jangan sampai ibadah kita ternoda oleh keinginan pamer, riya’, atau mencari pujian manusia, sebab hal itu justru mengurangi nilai ibadah dan bisa menjadikannya sia-sia."

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ismail ‘alaihis salam: Ikhlas Tanpa Syarat. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya yang sangat dicintai, Ismail, maka apa jawaban sang anak? Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)

Betapa luar biasanya keikhlasan yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Ketika Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya yang sangat dicintainya, keduanya menerima perintah tersebut tanpa syarat, tanpa ragu, dan tanpa sedikit pun melakukan tawar-menawar. Nabi Ibrahim menunjukkan kepatuhan mutlak kepada perintah Rabbnya, dan Ismail pun dengan penuh kesadaran dan ketaatan menyambut perintah itu dengan sabar dan lapang dada. Ini adalah contoh pengorbanan tertinggi yang mengajarkan kita tentang ketulusan dan penyerahan diri total kepada kehendak Allah. Sebagai balasan atas keikhlasan dan ketaatan yang tanpa batas tersebut, Allah SAW mengganti putra tercinta itu dengan seekor hewan sembelihan dari surga yang jauh lebih baik.

Kisah ini menjadi simbol agung bahwa siapa saja yang dengan sepenuh hati rela berkorban di jalan Allah, baik harta, jiwa, atau waktu, maka Allah akan mengganti pengorbanannya dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan bernilai di sisi-Nya. Ini bukan hanya soal hewan kurban, tapi juga pengorbanan-pengorbanan dalam hidup kita sehari-hari, seperti kesabaran menghadapi ujian, meninggalkan kemaksiatan, atau membantu sesama. Allah SAW berjanji akan memberikan balasan terbaik bagi setiap hamba yang ikhlas berkorban karena-Nya."

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Bahayanya Zaman Penuh Kepentingan, yang mana kita hidup di zaman di mana segalanya diukur dengan kepentingan dan citra. Bahkan ibadah kurban pun tak luput dari riya’ dan pamer di media sosial. Kurban menjadi konten, bukan lagi ibadah. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Maknanya: “Sesungguhnya semua amal itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, hendaklah kita selalu berhati-hati dan waspada dalam menjalankan ibadah kurban ini. Jangan sampai niat suci kita yang semula hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah berubah menjadi keinginan untuk dilihat atau dipuji oleh orang lain. Inilah yang disebut riya’, yakni beramal bukan karena Allah, melainkan karena mengharapkan pengakuan dan sanjungan dari manusia. Perilaku riya’ semacam ini sangat berbahaya, karena bisa merusak pahala dan bahkan menyebabkan ibadah kita menjadi tidak diterima di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan Ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama (QS. Al-Bayyinah: 5)

Jika ibadah kita tercampur dengan niat yang kurang murni, maka segala usaha dan pengorbanan kita menjadi sia-sia. Oleh karena itu, mari kita jaga hati dan niat kita agar tetap bersih, ikhlas hanya untuk Allah semata, tanpa ada campur tangan keinginan duniawi. Hanya dengan keikhlasan itulah, kurban kita akan menjadi ibadah yang diterima dan mendatangkan keberkahan hakiki.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Kurban dalam Artian Luas yaitu Menyembelih Ego dan Kepentingan, kurban bukan hanya sebatas menyembelih hewan seperti kambing, sapi, atau kerbau. Lebih dari itu, makna kurban yang sesungguhnya adalah kurban hati dan jiwa kita untuk menyucikan diri dari berbagai penyakit hati yang bisa menghalangi kita mendapatkan ridha Allah. Kurban adalah menyembelih segala sesuatu dalam diri kita yang menghambat perjalanan spiritual kita menuju Allah, yaitu: Kesombongan yang membuat kita merasa lebih dari orang lain, menutup hati dari kerendahan hati dan kasih saying; Keserakahan yang membuat kita tidak pernah puas dan selalu ingin lebih, hingga lupa berbagi kepada yang membutuhkan; Kemalasan yang menghambat kita dalam beribadah dan berbuat kebaikan; dan Ketidakpedulian terhadap sesama, yang membuat kita buta terhadap penderitaan orang lain dan lupa akan kewajiban sosial kita sebagai umat yang bertanggung jawab.

Ingatlah firman Allah SAW yang sangat agung dan menjadi pedoman hidup kita:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-An’am: 162)

Ayat ini mengajarkan kita bahwa seluruh aspek hidup kita harus kita persembahkan hanya kepada Allah, termasuk bagaimana kita menyucikan hati dan diri dari sifat-sifat tercela tersebut. Maka, kurban sejati adalah mengorbankan dan menyingkirkan semua sikap dan perilaku yang tidak diridhai Allah agar hidup kita menjadi lebih bermakna dan penuh berkah. Dengan begitu, ibadah kurban kita tidak hanya menjadi ritual fisik semata, tetapi menjadi perjalanan spiritual menuju keikhlasan dan kesucian diri.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Jika kita benar-benar ingin melihat umat Islam ini bangkit dan maju, maka kita membutuhkan pribadi-pribadi yang siap berkorban dengan tulus dan ikhlas. Korban di sini bukan sekadar soal kemampuan materi, bukan hanya soal mampu membeli hewan kurban yang mahal dan besar. Lebih dari itu, berkurban adalah tentang memiliki jiwa yang besar, jiwa yang peduli dan rela mengorbankan waktu, tenaga, harta, bahkan kenyamanan demi kebaikan umat dan sesama. Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang mulia:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ

Maknanya: “Bukanlah seorang mukmin, yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR. Thabrani)

Hadits ini mengajarkan bahwa iman seorang muslim tidak hanya dilihat dari seberapa banyak dia makan atau punya, tapi juga dari kepeduliannya kepada sesama, terutama tetangganya yang mungkin sedang kesusahan. Jiwa berkorban adalah jiwa yang peka terhadap penderitaan orang lain dan mau berbagi apa yang dimilikinya tanpa pamrih.

Maka dari itu, mari kita jadikan momen Idul Adha ini sebagai titik awal kebangkitan kita. Kebangkitan yang lahir dari hati yang lapang dan jiwa yang besar untuk berkorban demi kemaslahatan umat dan sesama. Dengan berkurban, kita bukan hanya mengikuti sunnah Nabi Ibrahim, tapi juga mengokohkan persaudaraan, menumbuhkan rasa empati, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Berupa peringatan Bagi yang Mampu tapi Tak Mau. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Maknanya: “Barangsiapa yang memiliki kelapangan tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Maka jangan anggap remeh kurban. Bila mampu, bersegeralah. Bila belum mampu, berniatlah. Karena Allah menilai dari niat dan usaha, bukan hasil semata.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Hadirin jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah,

Semoga Allah menerima setiap kurban yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan menjadikannya sebagai sarana penghapus dosa serta pengantar kita menuju rahmat-Nya. Dan bagi kita semua, semoga Allah menguatkan hati agar kita senantiasa ikhlas dalam beramal di tengah berbagai kepentingan dunia yang mengintai. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, yang dengan keikhlasan dan kepasrahan mereka, Allah menggantikan pengorbanan mereka dengan yang jauh lebih baik. Aamiin Allahumma Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


KHUTBAH KEDUA

اَللهُ أَكْبَرْ (3×) اَللهُ أَكْبَرْ (4×) اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً، لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً، لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ. الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لآ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلىَ رِضْوَانِهِ. اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَياآ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ. وَارْضَ اللهم عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللهم أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللهم ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُرْبَانَنَا مَقْبُولًا، وَأَعْمَالَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ، وَارْزُقْنَا قَلْبًا سَلِيمًا، وَنَفْسًا مُطْمَئِنَّةً، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jum'at Tema: "Terjerat Judi Online adalah Jalan Cepat Menuju Kehancuran" Oleh Ust. Muhammad Ilham, S.Ud., M.Ag (Penyuluh Agama Islam Kota Jambi)

KHUTBAH PERTAMA الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَنَهَى عَنِ الْخَبَائِثِ وَالْمُنْكَرَاتِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ وَكَشَفَ الْغُمَّةَ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْيُطِعِ اللّهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.  Ma’asyiral Muslimin...

Ziarah Kubro Masyayikh Tsamaratul Insan Kota Seberang: Menjaga Tradisi dan Menghormati Para Ulama

Kota Jambi, 22 Februari 2025 – Dalam rangka menjaga tradisi dan menghormati para ulama yang telah berjasa dalam penyebaran ilmu agama di Jambi, Komunitas Masyarakat Jambi Kota Seberang (KMJKS) menggelar Ziarah Kubro Masyayikh Tsamaratul Insan. Acara ini diikuti oleh ratusan jamaah dan tokoh masyarakat dengan penuh khidmat, dimulai dengan shalat Subuh berjamaah di Masjid Al-Ihsaniyah, Olak Kemang. Setelah shalat, jamaah mendapatkan pengarahan dari Ketua Harian KMJKS, Guru. Dr. H. Muslim HU, M.Pd, yang menegaskan pentingnya ziarah sebagai bentuk penghormatan kepada para ulama serta sarana untuk merenungkan perjuangan mereka dalam dakwah Islam. Setelah itu, jamaah menikmati sarapan pagi bersama (mutur) sebagai simbol kebersamaan sebelum melanjutkan perjalanan ziarah. Perjalanan Ziarah Kubro dimulai dengan ziarah pertama di Makam Habib Idrus bin Hasan Al-Jufri, yang terletak di depan Masjid Al-Ihsaniyah Olak Kemang. Perjalanan kemudian berlanjut ke pemakaman Tambak, tempat peristirahatan ...