![]() |
Muhammad Ilham, S.Ud., M.Ag (Penyuluh Agama Islam Kota Jambi) |
Ramadhan selalu membawa suasana yang lebih hangat dan penuh makna. Di Kota Jambi, bulan suci ini bukan sekadar waktu untuk beribadah, tetapi juga ajang mempererat kebersamaan. Yang menarik, Ramadhan di kota ini menjadi cerminan nyata dari moderasi beragama.
Menjelang berbuka, jalan-jalan dipenuhi masyarakat yang berburu takjil atau menikmati senja. Hal yang mengesankan adalah tradisi berbagi takjil yang melibatkan semua kalangan, termasuk warga non-Muslim. Tidak jarang mereka turut serta membagikan makanan bagi yang berpuasa. Ini lebih dari sekadar aksi sosial, ini bukti bahwa toleransi benar-benar hidup dalam keseharian.
Selain berbagi takjil, buka puasa bersama di tempat umum juga menjadi ajang mempererat hubungan antar umat beragama. Di berbagai lokasi seperti lapangan, hotel dan rumah makan, warga Muslim dan non-Muslim duduk bersama menikmati kebersamaan. Mereka juga berkontribusi dalam penyelenggaraan acara, membuktikan bahwa solidaritas tidak mengenal batas agama.
Masjid Raya Magat Sari di Pasar Jambi menjadi pusat ibadah yang ramai selama Ramadhan. Masjid ini berada di lingkungan dengan banyak warga non-Muslim, namun mereka tetap menghormati jalannya ibadah dengan menjaga ketenangan. Bahkan, beberapa di antaranya ikut terlibat dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan masjid.
Satu momen yang paling menyentuh adalah acara santunan anak yatim dalam buka puasa bersama. Banyak komunitas, baik Muslim maupun non-Muslim, ikut berpartisipasi dalam berbagi kebahagiaan. Ini menunjukkan bahwa kepedulian sosial tidak terbatas pada agama tertentu, melainkan menjadi nilai universal yang menyatukan masyarakat.
Talang Jauh: Desa/Kelurahan Sadar Kerukunan di Jambi
Kelurahan Talang Jauh Kecamatan Jelutung, Kota Jambi adalah contoh nyata harmoni keberagaman di Jambi. Sebagai Desa/Kelurahan Sadar Kerukunan, masyarakatnya menjunjung tinggi empat rukun kehidupan:
Pertama: Rukun dalam Keberagaman; Warga saling menghormati dan mendukung, termasuk dalam perayaan keagamaan.
Kedua: Rukun dalam Kebersamaan Sosial; Gotong royong dan solidaritas tetap terjaga, terutama dalam acara berbagi selama Ramadhan.
Ketiga: Rukun dalam Kearifan Lokal; Nilai budaya dijunjung tinggi, seperti menjaga hubungan baik antar umat beragama.
Keempat: Rukun dalam Menjaga Perdamaian; Masyarakat berkomitmen untuk menghindari perpecahan dan provokasi.
Bagi saya, Talang Jauh menjadi bukti bahwa moderasi beragama bukan hanya konsep, tetapi praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ramadhan di sini tidak hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang merawat persaudaraan.
Namun, harmoni ini tidak terjadi begitu saja. Moderasi beragama harus terus dijaga, terutama di era media sosial yang sering memperuncing perbedaan. Jika kita tidak waspada, kebersamaan ini bisa tergeser oleh narasi yang memecah belah.
Maka, Ramadhan di Jambi mengajarkan bahwa keberagaman bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan dirayakan. Jika nilai-nilai ini terus kita jaga, Kota Jambi akan tetap menjadi simbol harmoni dalam keberagaman.
Bagaimana dengan daerah Anda? Apakah Ramadhan juga menghadirkan kehangatan yang sama? (***)
Komentar
Posting Komentar